Muhammad: "Akulah Gembala Yang Diutus"; Yesus: "Akulah Gembala Yang Baik"

Oleh: Ram Kampas

           

Salah satu buku yang sangat terkenal tentang Islam adalah Sejarah Hidup Muhammad karangan MH. Haekal. Di situ digambarkan mimpi dan firasat Muhammad bahwa ia bakal menjadi seorang Nabi. Dikatakan: "Yang menyebabkan dia (Muhammad) lebih banyak merenung dan berfikir, ialah pekerjaannya menggembalakan kambing sejak dalam masa mudanya itu." Dia menggembalakan kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Dengan rasa gembira ia menyebutkan saat-saat yang dialaminya pada waktu menggembala itu. Di antaranya ia berkata:

"Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing." Dan katanya lagi: "Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing. Aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad." (p.60)

Kita tidak tahu apa yang diketahui oleh Muhammad mengenai makna "gembala" dalam era dan kisah Taurat dan Mazmur (Zabur). Kita juga tidak tahu apakah beliau tahu bahwa Alkitab membedakan domba dan kambing, sehingga gembala bagi keduanya juga tidak betul-betul persis sama, khususnya dalam bobot proteksi dan care bagi domba yang lebih pasrah tak berdaya ketimbang kambing. Kita cuma bisa menduga-duga bahwa Muhammad itu gembala upahan dari keluarga, dan bukan gembala kambing milik sendiri atau dari orang tuanya. Status itu juga dibedakan oleh Alkitab.

Seorang gembala jaman dahulu - jamannya nabi-nabi Israel -  tidak bisa dibandingkan dengan gembala yang dikenal jaman sekarang. Dari seorang gembala dituntut tanggung-jawab yang amat besar, sedemikian sehingga fungsi gembala disamakan oleh masyarakat kuno sebagai tugas kepala bani dalam menuntun dan memerintah kaumnya.

 

Gembala itu harus mengenal setiap mata-air, sumur, wadi dan sungai.

Dia harus tahu sifat airnya yang tenang untuk bisa diminum secara aman, bukan air deras dimana hewan tersebut mudah hanyut kalau terpeleset atau jatuh. Gembala bahkan juga siap mencari sungai atau menimba air sumur lain bagi dombanya di musim kemarau. Ia memperhitungkan dimana masih terdapat rumput, menurut musimnya. Ia harus melindungi anak-anak domba yang belum dapat berjalan jauh. Ia memelihara induk-induk domba yang bunting atau yang sedang dalam masa menyusui.

Ia menolong domba yang sakit, terluka pada batu-batu tajam dan duri, bahkan sakit apapun yang menerpa dombanya. Ia menghindari agar jangan seekor dombapun meninggalkan kawanan, baik diperjalanan  ataupun karena takut dengan kilat dan guntur.

Gembala akan membela kawanan terhadap binatang buas dan pencuri. Dengan tongkat yang panjang, gembala menuntun kawanan domba, memberi tanda maju, berbelok, atau berhenti. Ia menunjuk jalan dan sekaligus memperingati domba yang mau menjauhkan diri. Domba adalah aset miliknya yang sangat khusus. Dianggap sangat bernilai bukan karena harganya (secara materi), tetapi karena natur gembala yang memang selalu bertanggung jawab terhadap setiap dombanya secara sangat pribadi. Itu sebabnya seorang gembala membelanya sampai dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.

Dalam pengibaratan seperti  itulah Yesus melukiskan dirinya sebagai Gembala yang Baik bagi manusia yang digambarkan sebagai domba-dombanya. Dan itu dibuktikannya dalam seluruh perjalanan kenabiannya. Ia bukan gembala upahan. Disinilah kita melihat bahwa ia adalah gembala yang berlainan dengan Muhammad-gembala. Muhammad memimpikan dirinya jadi nabi dengan mencoba mencocok-cocokkan status gembalanya seperti Musa dan Daud. Sesungguhnya pencocokan ini hanyalah pelipur lara saja bagi anak muda yang memimpikan masa depannya, karena ada jutaan orang-orang dahulu di Timur Tengah yang memang kerjanya sebagai gembala, dan yang selalu akan cocok bila dikait-kaitkan secara umum.

Tetapi Yesus berkata secara khusus, "Akulah gembala yang baik" dan Dia tidak melihat domba-domba nya sebagai satu kawanan belaka, melainkan justru mengenalnya satu per satu secara pribadi dengan sebutan namanya masing-masing,

"Domba-domba  mendengarkan suaranya (gembalanya) dan ia memanggil domba-domba nya masing-masing  menurut namanya dan menuntunnya keluar. Jika semua dombanya telah dibawanya keluar, ia berjalan didepan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya" (Yohanes 10:3-4).

 

Kenapa harus sedemikian pribadinya?

Itulah, karena natur dari seorang gembala yang baik adalah tidak rela dan tidak mengizinkan satu manapun dari dombanya hilang atau tersesat. Dan Tuhan sesungguhnya jauh lebih bernatur mulia ketimbang itu. Dia tidak seperti Allah SWT yang sampai hati menyesatkan seberapapun jiwa berharga dengan slogan: "Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki" (Sura 14:4). Sebaliknya, Yesus berkata untuk satu per satu jiwa:

"Siapakah diantara kamu yang mempunyai 100 ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor diantaranya, tidak meninggalkan yang 99 ekor dipadang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai  ia menemukannya?" (Lukas 5:4). Sambil mengingatkan kita:

"Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba" (Matius 12:12).

Lebih jauh, Gembala yang Baik dikontraskan Yesus dengan gembala upahan yang bagaimanapun tidak akan mempunyai sense of belonging:

"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”, sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu" (Yohanes 10:11-13).

Gembala yang baik bukan hanya bertugas untuk menyelesaikan satu hari kerja, tetapi ia bertarung dan siap berkurban nyawa bagi domba-dombanya. Dan pernyataan berkurban-nyawa ini diulangi Yesus sampai empat kali dalam satu pasal yang sama (yaitu ayat 11, 15, 17, 18), dan beberapa waktu kemudian dia membuktikannya pula secara mutawatir. Ini adalah pernyataan tentang kurban-diriNya bagi penebusan dosa manusia, tetapi yang dinafikan oleh satu-satunya ayat (tanpa bukti) dari Muhammad yang membantah kematiannya di atas kayu salib! (Sura 4:157).

Di tempat yang lain dalam Injil, Yesus terus-menerus mengindikasikan kematian-kurbannya demi membuktikan kebenaran akan kematiannnya, sekaligus maha-kasihnya bagi domba-dombanya, "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yohanes 15:13). Dan kembali Muhammad tidak memberi bukti bagaimana Allah itu Mahakasih, tetapi tetap nekad berkata sebanyak 114 kali bahwa "Allah Maha-kasih dan Maha-penyayang".

Akhirnya, Yesus masih menyampaikan satu kepedulian yang sama untuk menggembalakan satu kawanan domba lain yang tadinya tidak termasuk dalam kandang yang sama. Itu adalah domba-domba yang menolak diri Yesus sebagai ANAK DOMBA ALLAH yang menghapus dosa manusia (Yohanes 1:29). Mereka berseru mengikuti gembala upahannya: "Tiada Tuhan selain Allah". Mereka digembalai orang upahan yang mengaku diutus oleh Tuhan, tetapi yang tidak menghimpunkan domba-dombanya kembali kehadapan Tuhan yang mengutusnya, melainkan mencerai beraikan semuanya dalam kepastian masuk ke neraka: "Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan." (Sura 19:71).

 

MARILAH KITA BERKATA FROM HEART TO HEART.

Bila Yesus berkata: "Akulah gembala yang baik", maka apakah kita bisa mengimbanginya dengan berkata balik: "Tuhan, aku mau menjadi domba yang baik, taat, dan mengikuti jalan yang kau buka dengan tongkat gembalaMu".  Dalam hiruk-pikuk suara-suara sumbang lainnya dari dunia, aku kini mendengar dan mengenal suara penggembalaanMu yang benar: 

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Matius 11:28).