Apakah YESUS Lahir Tanggal 25 Desember?

Di internet, pers, dan di beberapa mimbar, disampaikan berulangkali bahwa 25 Desember yang merupakan salah satu tradisi Kristen tidak mungkin merupakan hari kelahiran Yesus. Benarkah demikian?

Oleh: Dr. Peter Hammond

Kamis, 18 Desember 2014

 

Menyelidiki Catatan Sejarah

Berdasarkan pendapat ini, Yesus seolah dinyatakan boleh dan bisa dilahirkan pada tanggal manapun juga kecuali tanggal 25 Desember! Telah diyakini sejak semula bahwa hari tersebut adalah perayaan musim dingin kaum pagan, yang kemudian diambil alih oleh orang-orang Kristen untuk mempromosikan agama baru mereka. Dengan melakukan hal ini banyak kebiasaan kuno pagan yang juga masuk ke dalam perayaan Kristen tersebut. Tidak sedikit artikel, buklet, bahkan program radio dan program dokumenter televisi yang telah diproduksi untuk mendukung pendapat ini.
Mitos-mitos

Namun demikian, pendapat ini sendiri berdasarkan pada mitos-mitos historis, asumsi dan riset yang tidak lengkap dan ketidakpedulian pada kenyataan sejarah.

Natal Mendahului Konstantin

Orang Kristen telah merayakan inkarnasi dan kelahiran Tuhan Yesus pada 25 Desember SEJAK ABAD PERTAMA, jauh sebelum pertobatan Konstantin pada 312 M, dan pada akhir masa penganiayaan oleh kekaisaran Roma, 25 Desember telah ditetapkan sebagai tradisi yang dijunjung untuk merayakan hari Natal.

Natal Mendahului Katolikisme

Oleh karena itu, pandangan bahwa Natal adalah ciptaan gereja Katolik Roma dan bahwa Natal berkaitan dengan misa, adalah keliru. Tradisi Natal, perayaan Kristus, jauh mendahului penetapan Katolik Roma.

Pagan Berusaha Membajak Natal

Memang benar bahwa Kaisar Roma, yaitu Aurelian, berusaha untuk menetapkan 25 Desember sebagai perayaan pagan, yaitu “kelahiran Sang Surya yang tidak terkalahkan”. Dan ini terjadi pada tahun 274 M. Kaisar Aurelian berusaha untuk menghembuskan sebuah kehidupan yang baru ke dalam paganisme yang sedang menurun oleh karena kemajuan perkembangan kekristenan. Namun demikian, perayaan pagan Roma tersebut ditetapkan SETELAH orang Kristen merayakan kelahiran Kristus pada hari itu selama berabad-abad. Perayaan pagan mereka merupakan sebuah upaya untuk menciptakan sebuah tradisi alternatif, yang diasosiasikan dengan kelahiran Kristus, dan yang mempunyai kaitan dengan orang Kristen Roma. Ini bukanlah soal orang Kristen mengimitasi kaum pagan, melainkan kaum paganlah yang berusaha mengimitasi orang Kristen, dengan merayakan Sang Surya pada hari dimana orang Kristen merayakan Putra Tuhan.

Membandingkan Penanggalan

SEJAK ABAD KE-2, konsili-konsili gereja telah berusaha menetapkan tanggal kelahiran Kristus yang sebenarnya. Ini berkaitan dengan diskusi-diskusi mengenai penanggalan Paskah, yaitu peringatan kematian dan kebangkitan Kristus. Oleh karena Alkitab mengidentifikasi kematian Kristus bersamaan dengan Paskah Yahudi, yang mempunyai tanggal yang pasti. Namun demikian, perbedaan-perbedaan dalam penanggalan Yahudi, Yunani dan Latin, dan juga perbedaan-perbedaan antara penanggalan-Bulan dan penanggalan-Matahari, tetap mendatangkan perdebatan yang intens mengenai apakah harus merayakan Paskah pada tanggal yang pasti/tetap. Yaitu dengan tidak mempersoalkan jatuhnya pada hari apa, ataukah memastikan bahwa hari raya itu selalu jatuh pada hari Minggu, yaitu hari pertama dalam minggu itu, seperti yang disebutkan dalam Injil.

Anunsiasi (Maklumat Malaikat)

Berdasarkan catatan-catatan dan perhitungan yang ada pada mereka pada waktu itu, gereja mula-mula menetapkan 25 Maret sebagai hari raya Anunsiasi untuk memperingati lawatan malaikat kepada Maria, dan sebagai tanggal konsepsi Kristus (pembentukan jabang bayi dalam rahim Maria). Mereka bersepakat bahwa Kristus dilahirkan 9 bulan kemudian, yaitu pada 25 Desember.

25 Maret Dahulunya Adalah Tahun Baru

Harus diingat bahwa sejak hari-hari pertama penanggalan kekaisaran Roma, Tahun Baru dirayakan pada tanggal 25 Maret, yaitu hari pertama musim semi (di belahan dunia utara). Inilah sebabnya mengapa September, Oktober, November, Desember berasal dari kata-kata latin Septem (angka 7), Okto (8), Novem (9) dan Desem (10).

Hari Baru, Dari Tahun Baru

Perayaan tahun baru pada 1 Januari berasal dari adopsi penanggalan Gregorian pada tahun 1600 di Skotlandia dan 1752 di Inggris. Sejak abad ke-17, 1 Januari mulai dirayakan oleh negara-negara Kristen sebagai hari pembaharuan–pembaharuan sumpah, visi dan tugas kerja. Pada hari inilah para anggota organisasi mengambil sumpah tahunan mereka, para suami dan istri memperbaharui janji nikah mereka, dan para pemercaya muda kembali mengambil komitmen untuk hidup dalam kasih karunia Tuhan.

Di Dalam Kegelapan 

25 Desember datang di belahan utara pada masa tergelap dalam tahun itu. Tanggal 25 Desember berada dalam hari-hari dengan malam-malam yang panjang dan siang hari yang singkat. Jadi, gereja mula-mula menetapkan bahwa inkarnasi, yaitu ketika Kristus dikandung oleh Roh Kudus, terjadi pada hari pertama musim semi yaitu 25 Maret, dan bahwa Advent-Nya jatuh pada saat ia dilahirkan dalam hari-hari tergelap, selama malam-malam yang panjang dalam setahun, tepatnya tanggal 25 Desember.

Terang Itu Telah Bersinar 

“Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar, mereka yang berdiam di tanah bayangan kematian, terang telah bersinar atas mereka… Sebab, seorang anak telah lahir bagi kita, seorang putra telah diberikan kepada kita, dan pemerintahan ada di pundak-Nya, dan nama-Nya disebut Ajaib, Penasihat, Elohim yang Maha Perkasa, Bapa Yang Maha Kekal, Raja Damai. Dalam hal perluasan pemerintahan-Nya, dan dalam hal damai sejahtera, tidaklah berkesudahan”  Yesaya 9:2-7.

Perjanjian Baru

1 Januari, sebagai hari pertama dalam tahun yang baru, yaitu 8 hari setelah kelahiran Kristus, hari dimana Ia disunat dan secara resmi berada di bawah ikatan Perjanjian.

Abad yang Getol Berasumsi

Sangat menakjubkan melihat betapa banyak orang dewasa ini, tanpa riset historis, dan kurang mengetahui realita-realita dan kompleksitas sejarah 2000 tahun lalu, dapat dengan mudah berasumsi bahwa mereka lebih tahu dari kaum terpelajar dan konsili-konsili gereja yang lebih dekat dengan peristiwa-peristiwa tersebut, dan mempertanyakan tujuan penetapan tanggal yang paling akurat untuk kelahiran, penyaliban dan kebangkitan Kristus. Namun ternyata, kita hidup dalam dunia dimana segala sesuatunya dipertanyakan – bahkan hukum dan firman Tuhan sekalipun.

Kemenangan Atas Paganisme

Alih-alih, kita harus merayakan kedatangan Kristus yang menggantikan keputusasaan dengan sukacita, penindasan dengan perayaan, pengorbanan manusia dengan perayaan-perayaan Natal; Kristus menggantikan Baal, Molokh, Apollo, Mars, dan Thor dalam masa kegelapan besar, Kristus datang. “Terang itu bercahaya dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yohanes 1:5)
Natal adalah saat merayakan kemenangan Kristus atas paganisme. Tahun Baru adalah saat untuk memperbaharui janji-janji, visi dan pekerjaan kita, dan hari pertama musim semi untuk merayakan hidup Kristus.
 
Lihat selengkapnya di: Christianaction.org

TANGGAPAN KEPADA PIHAK YANG SKEPTIS:

Para skeptikus sering mengkritik Natal pada tanggal 25 Desember hanya mendasarkan  kritiknya menurut beberapa fenomena dan asumsi yang spekulatif. Salah satunya adalah bahwa tradisi Ibrani dikatakan tidak mengistimewakan peringatan akan hari kelahiran seseorang, “Tidak heran, Yesus Kristus tidak pernah memerintahkan murid-muridnya untuk merayakan hari kelahirannya, tetapi justru untuk mengenang hari kematiannya. Ini sesuai dengan pendapat Raja Salomo : “… Hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran” (Pengkhotbah 7:1).

JAWAB: Awas, Yesus sekalipun memerintahkan pengikutnya untuk mengingat-ingat kematianNya, namun BUKAN menyuruh mereka memperingati TANGGAL HARI wafatNya. Artinya, peringatan Yesus bukan dirujukkan khusus kepada “fisiknya” hari, tanggal dan tahun, melainkan pada MAKNA EVENT pengorbanan diriNya diatas kayu salib, demi menebus dosa manusia yang upahnya adalah kematian yang pasti. Bedakan waktu dan hari. Ada waktu yang diperlukan  untuk peringatan, namun bukan hari tanggal yang dimutlakkan!

Jangankan hari dan tanggal, Yesus bahkan tidak memandang penting “fisiknya” Bait Tuhan di Yerusalem yang begitu rupa dikramat-kramatkan oleh orang-orang Yahudi. Ia menjelaskan kepada perempuan Samaria tentang makna rohaniahnya yang sejati dan kekal:

“Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.  Elohim itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yohanes 4:21-24).

Dan Yesus malahan menubuatkan kehancuran fisik Bait ini, “semuanya akan diruntuhkan” (Matius 24:2), dan itu betul terjadi di tahun 70 M, demi meniadakan orientasi fisikal yang bisa menjadi pemberhalaan umat (seperti yang terjadi dengan Batu Hitam di Baitullah Mekah). Yesuslah yang harus menjadi pusat kesakralan ketika Ia menyatakan diriNya “melebihi Bait Elohim” dan Dia adalah pula “Tuhan atas Hari Sabat” (Matius 12:6,8). Dan disinilah Muslim sering salah memahami Perayaan Natal, seolah orang Kristen harus mutlak menetapkan hari dan tanggal yang pasti identik dengan waktu kelahiran Yesus, dan hanya disaat itulah Natal boleh dirayakan! Ini semua adalah kebodohan yang ditolak Yesus.

Perayaan sukacita Natal tidak mengharuskan jatuh pada  hari dan tanggal mutlak kelahiran Yesus. Andaikata harus mutlak begitu, maka secara konsekwen itu berarti pula bahwa orang Kristen juga tidak dibolehkan merayakan Natal diluar jam dan bahkan detik kelahiran Sang Mesias! Itu hanyalah bentuk kesepakatan diantara umat dalam pendekatan hari H nya, yang sama halnya dengan pendekatan perayaan Maulid Muhammad. Perayaan Maulid Nabi bahkan dimulai di masyarakat Islam jauh setelah Muhammad wafat. Sampai sekarang ada pelbagai umat Muslim yang merayakannya pada tanggal-tanggal yang berbeda karena tidak tahu persis tanggal kelahiran nabinya. Bahkan ada yang tidak merayakannya samasekali (seperti di Arab Saudi) karena mengganggapnya sebagai sebuah bid’ah!  Jadi, apa alasan Muslim sejatinya untuk mencerca perayaan Natal pada 25 Desember?

Akhirnya, skeptikus lainnya menunjuk pula kepada adanya para gembala yang tinggal di padang menjaga ternaknya di waktu malam. Ini mereka artikan sebagai kemustahilan untuk menjaga ternak di musim dingin 25 Desember!

JAWAB: Dari mana orang bisa memastikan bahwa tak ada aktifitas penggembalaan apapun di musim dingin? Tinggal di padang tidak harus diartikan mereka tak punya kandang terdekat atau gubuk buatan tempat beristirahat. Dan seberapa dingin yang Tuhan Semesta tidak bisa mengaturkan cuacanya bagi malam Natal YESUS, hari yang akbar dimana Firman turun ”lahir/ nuzul”  menjadi manusia? Lihatlah betapa hangat cuacanya yang Tuhan telah  siapkan dimalam tersebut, “Dan tiba-tiba ada bersama malaikat itu sekumpulan bala tentara surga sambil memuji Elohim dan berkata,“Kemuliaan bagi Elohim di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan!” (Lukas 2:13-14)

Jelaslah bahwa perayaan Hari Natal bukanlah seperti yang umum disalah-fahami oleh teman-teman Muslim, dan samasekali tidak mengintrospeksi tentang perayaan Maulid Muhammad sendiri. Natal Yesus bukan hari yang harus disakralkan/ disakramenkan dengan memutlakkan hal-hal yang bersifat fisikal, termasuk hari, tanggal dan jam/detik yang di-pas-kan dengan kelahiran Kristus. Perayaan Natal adalah dalam spirit sukacita seperti yang telah dimaklumat-kan oleh para malaikat dari Sorga:

“Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:11).

Dengan pusat dan kata kuncinya “Juruselamat, Kristus, Tuhan”. Sosok Penyelamat Dunia itulah yang telah lahir untuk segala umat manusia, dan itulah Kabar Baik yang pantas kita rayakan bersama! Apakah ada masalah tersembunyi?

Semua Natal harus terpusat kepada sosok Juruselamat tersebut, bukan fisik Bait dan Harinya. Yesus telah berkata yang merujukkan Bait dan HariNya semua kepada Sosok Pribadinya:

“YESUS menjawab dan berkata kepada mereka, “Hancurkanlah tempat suci ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” (Yoh 2:19)

“Disini (Yesus) ada yang melebihi Bait Elohim” (Matius 12:6).

“Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat.” (Matius 12:8).

 

Artikel ini dipetik dari, bacabacaquran.com