Setan Mendustakan Quran

Kita bertanya, kenapa Allah swt diam-diam saja tanpa minta pertanggungan jawab atas sumpah dan mubahallah Muhammad yang sembarangan? KENAPA? Karena Allahnya Muhammad adalah Allah yang tidak sakral menghargai diriNya sendiri  (sebagai Yang Maha Tinggi dan Benar dan Kudus)! Itu sebabnya Dia sendiri juga harus berulang-ulang-ulang kali bersumpah untuk meyakinkan umatNya. Dan untuk kagetnya kita, ALLAH SWT bersumpah DEMI BENDA-BENDA CIPTAANNYA yang lebih rendah martabatnya ketimbang diriNya.

Oleh. RAM KAMPAS

Mari kita simak Quran dengan jeli dan teliti. Soalnya Kitab-Suci -- apalagi Quran-- tidak immune terhadap ulah setan. Ayat-ayat setan yang pernah hadir di Quran (Qs.22:52) membuktikan kerawanannya atas intrusi suara setan. Pertanyaan kita adalah, setelah Quran “dibersihkan” dari satu-dua ayat setan yang mencolok, maka apakah tak ada lagi ayat-ayat lain yang masih ada menyisakan jejak setan yang tersembunyi? Pepatah berkata: “The Devils are in the details” (Iblis bersembunyi dibalik pernik yang detail). Artinya, setan hanya bisa terungkap dari balik celah-celah kecil yang tersembunyi! Setan tidak akan berdiri telanjang dipermukaan depan. Dia selalu hadir dengan dua cara. Pertama, bersembunyi diam-diam dicelah-celah belakang yang remang-remang, atau kedua, berdiri dibaris paling depan dengan gambar dan rupa yang disamarkan sebagai malaikat (2Korintus 11:14). Maka seyogyanya setiap kita harus lebih kritis mengawasinya.

Mari kita simak salah satu contoh penampilan setan yang paling klasik misalnya. Disitu kita bisa melihat betapa setan untuk pertama kali dalam sejarah membantah dengan memlintir ucapan Tuhan dengan cara yang serba “meyakinkan”,

“Lalu sahut perempuan itu (Hawa) kepada ular itu:
"Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman Elohim berfirman:
Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu:
"Sekali-kali kamu tidak akan mati,  
tetapi Elohim mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya
matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Elohim,
tahu tentang yang baik dan yang jahat" (Kejadian 3:2-4).

Jadi siapa yang benar disitu? Ucapan Tuhan semesta alam atau ucapan si Setan? Segera tampak bahwa setan itu sepertinya lebih benar! Maka banyak Muslim lalu mengolok-olok ayat Alkitab ini, seolah Tuhannya justru ngawur dan keliru. Kenapa?

Karena Muslim melihat bahwa sekalipun buah larangan tersebut dimakan, Adam dan Hawa justru tidak langsung mati pada hari itu, Padahal Tuhan berfirman dalam kata-kata aslinya:

"Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kej.2:16, 17).

Adam dan Hawa tidak mati dihari itu, melainkan keduanya tetap hidup bahkan mencapai hampir 1000 tahun kemudian! Jadi siapakah yang salah: Muslim, Setan, atau Tuhan?

Tentu Muslim dan Setan sama benarnya disini. Sayangnya kebenaran ini hanyalah sebuah kenaifan yang super lugu menjadi kekonyolan yang menyesatkan. Sesat dari makna Tuhan yang sejatinya. Kematian yang Tuhan maksudkan adalah kematian rohani, bukan jasmani. Dihadapan Tuhan yang Mahakudus, manusia yang menyandang dosa (pemberontakan terhadap perintah Tuhan) adalah ibarat “orang mati atau orang buta yang berjalan” (Matius 8:22, 15:14, Lukas 6:39, 9:60), Ia mati rohani dalam dosanya, walau hidup raganya. Dan dengan bahasa dunia yang terbatas dan tidak sempurna inilah Setan dapat memainkan dusta dan taqiyah nya yang berputar-putar dan tampak canggih.

Lihat contoh lain lebih lanjut, lebih dahsyat. Kali ini dalam bentuk Hukum Tuhan yang oral plus yang tertulis. Yaitu seperti yang diucapkan dan dituliskan oleh Tuhan sendiri kepada bani Israel dalam SEPULUH HUKUM TUHAN dijaman Nabi Musa. Disitu Tuhan berkata sangat jelas tanpa embel-embel: “JANGAN MEMBUNUH.” Titik!

Tetapi oleh manusia --lewat Muhammad diantaranya --hukum yang pendek, jelas, dan sakral tersebut diubah sangat subtil dengan embel-embel menjadi: “JANGAN MEMBUNUH, KECUALI…”. Maka tampaklah seolah hukum Tuhan tetap berlaku, namun keabsolutannya telah dicampurkan dengan perkecualian-perkecualian yang telah diserahkan kepada manusia untuk menentukannya.

Lihatlah akan ayat-ayat Taqiyah berikut ini yang meloloskan dusta, bahkan dalam sumpah demi nama Allah sekalipun!

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian,
niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, KECUALI
karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.
Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.
Dan hanya kepada Allah kembali (mu)”.  (QS.3:28).

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”.  Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, KECUALI mereka yang tertindas, baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun”. (4:97-99).

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), KECUALI orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar”. (QS. 16:106).

SUMPAH-DUSTA DEMI NAMA ALLAH

Adam dan Hawa telah terusir karena melanggar perintah Tuhannya. Apa maksud dengan “melanggar” disini? Tidak lain itu artinya melawan penetapan Tuhan yang ditujukan kepada Adam sebagai syarat (hukum) untuk hidup di Taman Kehidupan tersebut. Dan kita semua tahu betapa Adam melanggar syarat tersebut. Maka  Adam dan Hawa dihukum, diusir dan “mati” seketika! (dimata Tuhan).

Nah, SUMPAH adalah lebih khusus lagi. Anda yang bersumpah demi Allah adalah anda (!) yang menetapkan syarat/hukum anda sendiri sebagai butir kebenaran anda kehadapan Tuhan, dimana Tuhan anda jadikan saksi tertinggi dan mutlak. Dan bilamana itu anda langgar sendiri, maka jelas  akibat pelanggarannya akan menjadi jauh lebih serius dan gawat daripada apapun! Sumpah yang dilanggar disebut Tuhan sebagai “sumpah-palsu”, dan Anda akan dihukum sangat berat karena  anda sendiri yang memprakarsainya (bukan prakarsa Tuhan) dengan memakai nama Tuhan dan Dia “dipaksa” menjadi sebagai Saksi  bagi Anda!

Karena terlalu sakral dan riskan, maka Alkitab memperingati bani Israel untuk jangan bersumpah palsu. Dan  Yesus memurnikan lebih jauh agar kita wanti-wanti  jangan sampai bersumpah apapun, karena kita sebagai manusia yang terbatas dan lemah sesungguhnya tidak berkuasa untuk memenuhinya:

“Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;  janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat”
(Mat.5:33-37).

Akan tetapi berlainan dengan Yesus, justru Muhammad yang menyepelekan kekudusan sumpah atas nama Allah. Setan kembali  menyelipkan dustanya persis seperti  yang telah didustakannya terhadap Adam. Ia membisikkan Muhammad  seolah-olah sumpah-palsu  itu hanyalah sebuah alpa belaka yang memang merupakan sifat manusiawi; dan pelanggaran  itupun mudah ditebus dengan usaha susulan dari dirinya sendiri. Moral kebenaran diam-diam didustakan menjadi moral-dusta melalui  permisif untuk berdusta! Setan seakan berkata, “Tenang-tenang  saja, Allah  tidak akan langsung mengusir dan menghukum kekeliruan anda, karena Allah tahu bahwa engkau telah benar-benar berusaha sebisanya… . jalan keluarnya juga tersedia mudah, yaitu dengan cara membayar harga salah satu diantara 3 atau 4 pilihan berikut….

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (tidak sengaja untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka KAFFARAT (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).  (QS.5:89).

Para pembaca yang budiman...

Sangat licin dan berbahaya apa yang setan bisikkan kepada Adam, dan kini Muhammad. Hukum Tuhan yang Mutlak telah diembel-embeli dengan perkecualian-perkecualian nisbi situasional. Dan Sumpah Serapah dan Sumpah-Palsu yang sangat dilaknati Tuhan itu telah dilecehkan bobot dosanya menjadi setara dengan harga 10 bungkus nasi kepada orang miskin!

Kita bertanya, kenapa Allah swt diam-diam saja tanpa minta pertanggungan jawab atas sumpah dan mubahallah Muhammad yang sembarangan? KENAPA? Karena Allahnya Muhammad adalah Allah yang tidak sakral menghargai diriNyasendiri  (sebagai Yang Maha Tinggi dan Benar dan Kudus)! Itu sebabnya Dia sendiri juga harus berulang-ulang-ulang kali bersumpah untuk meyakinkan umatNya. Dan untuk kagetnya kita, ALLAH SWT bersumpah DEMI BENDA-BENDA CIPTAANNYA yang lebih rendah martabatnya ketimbang diriNya, seperti  “ demi  bintang-bintang” , “demi cahaya merah di waktu senja”, “demi kota ini (Mekah)”, dll. Lihat QS.81:15, 84:16, 90:1. Ini semua tentu berkontradiksi dengan PRINSIP BERSUMPAH yang telah ditetapkan Tuhan baik dalam KitabNya maupun dalam hati manusia. Yaitu setiap sumpah harus DIPERTEGUHKAN dengan sandaran yang LEBIH TERHORMAT DAN TINGGI, bukan yang malah lebih rendah.

“Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya… Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan” (Ibrani 6:13, 16).

Yang tak ketolongan konyolnya adalah kontradiksi Allah SWT yang bersumpah-ria tidak pernah atas namaNya sendiri, namun selalu mengatas-namakan benda-benda ciptaanNya; SAMBIL memerintahkan umat Arabnya untuk tidak boleh bersumpah atas nama apapun kecuali HANYA nama Allah saja!

“Barangsiapa yang bersumpah, janganlah ia bersumpah kecuali dengan Nama Allah” [HR Bukhari dan Muslim].

Hadith Abu Dawud 21. 3245: Rasul Allah berkata: ”Siapa yang bersumpah demi apapun kecuali Allah adalah musyirik”.

Kita hanya prihatin bahwa banyak teman-teman  Muslim yang masih tidak menyadari  tentang canggihnya siasat pemlintiran setan dan iblis yang telah menjatuhkan Adam, dan kini Muhammad.