Nabi Muhammad vs Anjing – Mana Yang Lebih Mulia?

Apakah judul di atas menurut anda meprovokasi? Menebarkan fitnah? Atau sama dengan tindakan amoral?

Anda bisa menjawabnya setelah anda mempergunakan otak anda untuk meneliti kebenaran informasi dari tulisan ini.

Moralitas berkaitan dengan perilaku timbal balik dan keadilan, empati dan penghiburan yang dilakukan mahluk hidup.

Dulu, para filsuf mengatakan bahwa binatang tidak memiliki moral, karenanya para filsuf membedakan manusia dengan binatang salah satu aspeknya adalah manusia memahami moralitas, sedang binatang tidak.

Manusia melakukan tindakannya secara sadar, berlandaskan aspek moral, sementara binatang melakukan tindakannya hanya berdasarkan naluri, insting tanpa ada pengaruh moralitas.

Penelitian terkini menyebutkan bahwa binatang binatang cerdas seperti Bonobo (sejenis simpanse) lumba lumba dan anjing, memahami aspek moralitas, sama seperti manusia memahami apa yang dimaksudkan reaksi binatang tersebut terhadap prilaku yang dilakukannya.

Rasa malu, rasa bersalah, adalah bagian dari perilaku timbal balik dan rasa keadilan; empati dan penghiburan; yang ternyata dilakukan secara sadar oleh binatang yang dapat menunjukkan aspek moralitasnya.

Tentu standar moral, bahkan antar manusiapun pastilah berbeda beda, dipengaruhi oleh lingkungan, budaya, tingkat pendidikan dan variabel lainnya, tetapi aspek moral adalah sama untuk memahami hubungan timbal balik atas aksi dan reaksi, kejadian yang disaksikan ataupun akibat setelah melakukan sesuatu.

Anjing, sebagai salah satu binatang cerdas, adalah satu satunya binatang yang bisa memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan manusia. Di Jepang, ada patung anjing sebagai pengingat tentang kesetiaan dan hubungan yang timbal balik yang melibatkan emosi yang dalam antara anjing dan manusia, yang tentunya dilakukan secara sadar atas hubungan timbal balik sebagai aspek moral.

Bonobo, berdasarkan penelitian yang dilakukan Frans de Waal, ahli primata ternama dunia, biolog di Emory University dan Direktur Living Links Center di Yerkes Primate Center di Atlanta, dalam bukunya, The Bonobo and the Atheist, memiliki rasa bersalah selama berpuluh tahun setelah menggigit jari tangan dokter hewan yang merawatnya, memperlihatkan aspek moralitas rasa empati yang timbul dari kesadarannya.

Lumba lumba turut berduka ketika ada kerabatnya yang mati, menunjukkan aspek aspek moralitas dengan memberikan penghiburan kepada sanak keluarganya.

* Muhammad membunuh Fatimah, seorang janda tua renta dengan terlebih dahulu menyuruh orang idiot memperkosa putri Fatima dan mengeksekusi Fatima secara sadis dan biadab. Setelah anak Fatima diperkosa di depan mata kepalanya, tubuh Fatimah diikat ke dua ekor unta yang berjalan bertolak belakang, sehingga tubuhnya tercabik cabik. Muhammad tidak menunjukkan rasa bersalahnya.

* Muhammad memenggal kepala Kinanah dan mengawini Safiyah pada hari yang sama. Muhammad gembira melakukannya karena dia bisa menyalurkan NAFSU SEXUALNYA sekaligus mendapatkan harta rampokan pada hari yang sama.

* Muhammad menipu istrinya sendiri (Hafsah) dan mencabuli perempuan lain (Maryah) di ranjang Hafsah sendiri. Muhammad malah mendapatkan wahyu untuk menyelesaikan kasus penipuan dan percabulan tersebut dan gelarnya berbudi agung berahklak sempurna.

* Muhammad mengawini Aisah pada umur 6 tahun dan menggenjotnya pada umur 9 tahun???!!! sementara ANJING JANTAN TUA pun tidak melakukan kebejatan seperti yang dilakukan Muhammad.

 

KESIMPULAN

ANJING ternyata jauh lebih BERMORAL dari MUHAMMAD, walaupun Muhammad mendapat gelar BERAKHLAK MULIA dan ANJING HARAM HUKUMNYA.

Anda bisa mengerti jawabannya setelah anda mempergunakan otak anda untuk meneliti kebenaran informasi dari tulisan ini dan menjauhi Islam (ajaran sesat) yang mencontohkan PERBUATAN BIADAB SEBAGAI TELADAN MANUSIA, karena manusia memiliki norma, yang bahkan hewan pun memilikinya, MORALITAS.

Kecuali anda terjebak pada ajaran SETAN, yang membenarkan moralitas ala setan, dengan MENYESATKAN MORALITAS MANUSIA; perampok, penipu, pencabul, pembunuh, pedofil dll. perilaku AMORAL adalah junjungan anda,

Maka KEWAJIBAN MANUSIA BERMORAL mengatakan ANDA BENAR BENAR SESAT TAK BERMORAL seperti MUHAMMAD CABUL, BIADAB TAK BERMORAL.

 

Adakah ustad ustad tamatan pesantren bisa menyanggahnya?

 

Sumber:

Quran, Hadist Sahih Bukhari Volume 1, Book 5, Number 268, SIRAH NABAWIYAH IBNU HISYAM/IBNU ISHAQ, The Bonobo and the Atheist, BBC Knowledge.

About The Bonobo and the Atheist by:

Dr. Frans B. M. de Waal is a biologist and primatologist known for his work on the behavior and social intelligence of primates. His first book, Chimpanzee Politics (1982), compared the schmoozing and scheming of chimpanzees involved in power struggles with that of human politicians. Ever since, de Waal has drawn parallels between primate and human behavior, from peacemaking and morality to culture. His scientific work has been published in hundreds of technical articles in journals such as Science, Nature, Scientific American, and outlets specialized in animal behavior. His popular books – translated into fifteen languages – have made him one of the world’s most visible primatologists. His latest books are Our Inner Ape (2005, Riverhead) and The Age of Empathy (2009, Harmony).

De Waal is C. H. Candler Professor in the Psychology Department of Emory University and Director of the Living Links Center at the Yerkes National Primate Center, in Atlanta. He has been elected to the National Academy of Sciences (US), the American Academy of Arts and Sciences, and the Royal Dutch Academy of Sciences. In 2007, he was selected by Time as one of The Worlds’ 100 Most Influential People Today, and in 2011 by Discover as among 47 (all time) Great Minds of Science.