Agaknya Muhammad sendiri bingung apakah ada jalan lurus dan langsung menuju keselamatan kekal (selain menjadi syuhada), karena kepadanya justru telah ditetapkan dalam kemestian Allah (!) bahwa semua Muslim akan masuk ke neraka! (Surat Maryam 71). Ini adalah ketentuan wahyu dalam Quran, yang tentu sangat menggelisahkan, sehingga Muhammad merasa harus mencari kiat diluar Quran (yaitu dalam Hadis-Nabi) agar mendapatkan ketetapan lain yang bisa “menjamin surga dan menolak neraka”. Akhirnya, beliaupun mendapatkan juga caranya untuk lebih gampang masuk ke surga. CARANYA?

Oleh: Ali Masehi

Surat Al Fatihah telah diserukan 17 kali setiap hari oleh Muslim kepada Allah dalam 5 kali shalatnya. Intinya adalah memuji Allah dan memohonkan petunjuk untuk menemukan “Jalan yang lurus”, jalan yang bukan disesat oleh setan atau yang dimurkai Allah. Tampaknya seruan semacam ini sangat baik dan rohani, tetapi sesungguhnya ia sangat aneh dan mubazir. APA? Ya, sebab seruan permintaan yang berulang-ulang itu berarti Muslim masih perlu dan terus-terusan mencari jalan yang lurus tersebut setiap harinya. Dan barangsiapa yang tidak mendoakannya, maka shalatnya dianggap tidak valid, karena ada tertulis “Barangsiapa yang tidak membacakan al-Fatihah dalam shalatnya, maka shalatnya tidak sah” (Hadist Shahih Bukhari 12.723).

Tetapi kenapa belum diketemukan juga, dan dimanakah “Jalan Lurus” itu sesungguhnya dapat ditemukan? Heran, Tuhan Alkitab justru TELAH LAMA mengajarkan kepada kita dimana menemukannya! Jauh sebelum lahirnya Muhammad, Jalan lurus-Nya telah Tuhan sendiri nyatakan kepada umatNya. Ia antara lain bersabda lewat nabi Musa (Taurat) dan Daud (Zabur) dan Yesus (Injil) berturut-turut:

“Maka lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh YAHWEH, Elohimmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri. Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh YAHWEH, Elohimmu, haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut umurmu di negeri yang akan kamu duduki.” (Taurat Musa, Ulangan 5:32-33)

“Aku (Elohim) hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh …” (Mazmur Daud 32:8)”.

“Tetapi engkau: ikutlah Aku.”

“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. (Injil Yohanes 21:22, 14:6)

Minta petunjuk Tuhan agar tidak dimurkai/sesat itu baik-baik saja. Tapi adalah kesalahan bilamana dalam doa-hariannya setiap Muslim diharuskan mengulang-ulang belasan kali “pencaharian jalan” tanpa sekalipun meminta agar dirinya diperkuat Allah untuk berjalan dalam “jalan-lurus” yang toh sudah ditunjukkanNya…

Agaknya Muhammad sendiri bingung apakah ada jalan lurus dan langsung menuju keselamatan kekal (selain menjadi syuhada), karena kepadanya justru telah ditetapkan dalam kemestian Allah (!) bahwa semua Muslim akan masuk ke neraka! (Surat Maryam 71).

Ini adalah ketentuan wahyu dalam Quran, yang tentu sangat menggelisahkan, sehingga Muhammad merasa harus mencari kiat diluar Quran (yaitu dalam Hadis-Nabi) agar mendapatkan ketetapan lain yang bisa “menjamin surga dan menolak neraka”. Akhirnya, beliaupun mendapatkan juga caranya untuk lebih gampang masuk kesurga. CARANYA?

Pertama-tama ia – diluar wahyu – mengubah surga yang sakral dan mahakudus menjadi “surga-gampangan” bagi masuknya pelbagai kelompok utama Muslim, khususnya para sahabatnya. Kemudian ia memperluas definisi dan cakupan para syahid yang telah dipastikan Allah (Quran) langsung masuk surga. Lalu melebarkan jaminannya dengan memasukkan pelbagai-macam pelaku kebaikan atau korban penderitaan yang dilayakkan masuk surga. Sampai akhirnya ia kebablasan menjamin dan memastikan ‘para kriminal dan pezinah dan pemabok’ (!) juga masuk surga! (baca dibawah).

Tampak sekali Muhammad tidak tahu apa itu SURGA, kerajaan Tuhan Semesta dengan kemuliaan dan kekudusannya yang zero-sin! (tanpa dosa terkecil pun).  Kudus itu bukan entitas dunia. Penghuni surga bukan orang yang sekedar saleh atau orang baik-baik dan banyak pahala. Ia haruslah seperti malaikat, adalah orang yang KUDUS, telah dikuduskan lewat pengampunan dosanya oleh Tuhan! Jadi nyata sekali Muhammad bukan ahli surga melainkan spekulan surga dan menggampangkan penghuninya dengan caranya sendiri. Berlainan dengan Yesus, Muhammad tidak punya otoritas mengampuni dosa, sebab dia sendiripun orang berdosa yang tidak bisa memastikan apapun tentang nasibnya kedepan.

Bukankah Allah telah membuat dirinya untuk berkata/ mengakui:

“…aku (Muhammad) tidak mengetahui apa yang akan diperbuat (Allah) terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu”? (Qs.46:9).

Tetapi, berlawanan dengan pengakuan diatas, inilah fakta dan sosok-sosok yang dia berani (nekad) pastikan naik ke surga, antara lain,

(A). Muhammad tahu bahwa Allah dalam Quran menjanjikan para syuhada fi sabilillah langsung naik surga. Maka secara pribadi, iapun berani memproklamirkan 10 orang yang dipastikan naik ke surga! (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir, I, no.50). Daftar 10 orang ini semula tidak termasuk diri Muhammad sendiri. Maka kemudian daftar ini “diperbaiki” dalam versi lain yang memasukkan dirinya, tapi dengan mengeluarkan nama Abu Ubaidah ibn al-Jarrah! (Ibid, IV, no.3905)

(B). Beliau memperlebar pintu surga dengan memperluas jenis syahid yang otomatis akan naik surga. Ia berani menjamin dengan bersabda:

“Yang disebut mati syahid itu ada 5 macam: Orang mati kena tikam. Orang mati karena sakit perut. Orang mati tenggelam. Orang mati ditimpa longsor. Orang yang mati fi sabilillah” (HS.Bukhari 372).

[Tanya: Bagaimana kelebihan kena-tikam, dibanding dengan kena tembak atau kena pukul, atau kena tabrak (lalu-lintas), dan kena BOM? Dan sakit perut versus sakit-sakit organ tubuh lain bagian dalam, semisal kanker rahim, hati, usus, pankreas dll, atau sakit diarrhea karena makanan yang kotor? Per definisi, naik ke surga hanya bisa jikalau nol-dosa (terampuni). Apa hubungannya pisau dan segala macam sakit ini dengan pengampunan dosa oleh Allah?]
 
(C). Pintu surga dibentangkan lebih luas lagi oleh Muhammad pribadi dengan ganjaran terhadap pahala khusus:

“Barangsiapa yang menggali sumur, maka orang itu mendapat surga…Barangsiapa yang menyediakan perbekalan untuk tentara yang kekurangan, maka orang itu mendapat surga”. (HS.Bukhari 1265).
[Yuk, rame-rame kita gali sumur, lalu bagi-bagi airnya agar dapat surganya]

(D). Angka-kesedihan juga dilibatkan oleh Muhammad untuk menjadi penentu kenaikan ke surga:

“Seorang Muslim yang kematian 3 orang anak yang belum baligh, dimasukkan Allah dalam surga” (HS.Bukhari 655).
[Bagaimana mengukur usia baliq? dan bila kematian ketiganya pas 1 hari melewati baliqnya, maka apa ditolak masuk surga? Siapa yang sesungguhnya dipastikan masuk ke surga: Bapa atau ibu dari anak-anak? Kenapa? (lihat sub E dibawah)]

(E). Angka-kematian malah bisa diambangkan demi mempermudah orang untuk lebih mudah naik ke surga, tapi dikhususkan hanya kepada IBU:

“Wanita yang manapun yang kematian 3 orang anaknya, maka anak-anaknya menjadi dinding baginya dari api neraka.” Bertanya seorang wanita, “Kalau dua?” Jawab beliau, “Ya, dua juga.” (HS.Bukhari 656).
[Kenapa Bapa anak-anak tak ikut naik surga? Berbau kontradiksi dengan hukum sub D diatas? Jika musibah kematian itu terkait kepada sang duda, lalu HOW? Kenapa ada tawar-menawar antara Muhammad dengan wanita itu, dari 3 jadi 2? Allah yang berbicarakah ketika terjadi tawar-menawar on the spot?]

(F). Dua, tiga, empat orang saksi atas kebaikan seseorang cukup syarat masuk surga.

“Seorang Muslim yang disaksikan oleh 4 orang bahwa ia baik, maka orang itu dimasukkan Allah ke surga.” Kami bertanya, “Bagaimana kalau 3 orang?” Jawab Nabi, “Ya, tiga orang juga.” Tanya kami lagi, “Kalau dua?” Jawab Nabi, “Ya, dua juga.” (HS.Bukhari 706).
[Maaf, saya sudah tak mau komentar tentang pemastian Muhammad ini. Semua sudah terlalu konyol, absurd, dan non-sense diluar akal! Pantesan sang suami disuruh Muhammad untuk berpoligami dengan berkata:

“maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat”, agar nanti bisa menjadi saksi bagi kelayakan sang suami masuk ke surga! Dan alangkah lancangnya Nabi yang menetapkan sesukanya rumusan gila ini untuk masuk surga?!]

(G). Akhirnya surga juga dibuat Muhammad menjadi semacam Criminal Center, asalkan mengucapkan kalimat syahadat:

Rasulullah bersabda: Sesungguhnya barangsiapa diantara umatku yang mati, sedang dia tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. (versi lain: dia mengucapkan kalimat syahadat sebelum matinya), orang itu masuk surga.” Aku (Abu Dzar) bertanya: “Sekalipun orang itu berzinah dan mencuri?” Jawab Nabi: “Ya, sekalipun dia berzinah dan mencuri” (HS.Bukhari 647). Dan Ya, bahkan sekalipun ia minum minuman keras(HS.Muslim 5.2175).

Sudahlah, itulah surga bagi pencuri, pezinah dan pemabok, dan tak usah diperdebatkan lagi. Sebab FPI saja tidak akan setuju dengan Muhammad disini!!

MAKA TAHULAH KITA SIAPA ITU MUHAMMAD YANG SEBENARNYA!

Dia sungguh tidak tahu apa-apa tentang Surga, tempat bertahtanya Tuhan dengan segala kemuliaan, kekudusan dan kebenaranNya. Tetapi dia telah TERLALU BERANI BLUFFING (spekulasi dengan membual) dengan mengatas-namakan Allah. Dia secara kontradiktif berbicara semaunya hingga berani menjamin orang-orang lain masuk surga, tetapi tidak terhadap anak putri yang paling disayanginya, Fatimah!

“O kaum Quraisy! Selamatkanlah dirimu (dari api neraka) karena aku tidak bisa menyelamatkan kalian dari Hukuman Allah; O Bani Abd Manaf! Aku tidak bisa menyelamatkan kalian dari Hukuman Allah; O Safiya, Bibi dari Rasul Allah! Aku tidak bisa menyelamatkan kamu dari Hukuman Allah; O Fatima bint Muhammad! Mintalah segalanya dari kekayaanku, tetapi aku tidak bisa menyelamatkanmu dari Hukuman Allah” (Shahih Bukhari 4.51.16.)

Sosok nekat seperti ini telah dicatat oleh Kitab Taurat sebagai sangat berbahaya. Nabi Musa telah menubuatkan tentang akan datangnya seorang nabi palsu yang diindikasikan menggunakan perangkat terror yang menggentarkan (QS.3:151), dan selalu berbismillah “demi kata-kata Allah” secara terlalu-berani. Kepadanya telah Tuhan jatuhkan nasibnya: MATI !

“Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.
 
Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? –  (yaitu) apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.” (Ulangan 18:20-22).